Perang Menggila di Lebanon, AS Bantu Israel Incar Kilang Minyak Iran
Jumat, 04 Oktober 2024
Edit

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat Joe Biden
mengumumkan bahwa pihaknya sedang mendiskusikan kemungkinan serangan terhadap
fasilitas minyak Iran sebagai balasan atas serangan rudal Iran terhadap Israel.
Pernyataan ini muncul sementara militer Israel melanjutkan kampanyenya melawan
kelompok bersenjata Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon.
Dalam sebuah wawancara, Biden ditanya apakah dia akan
mendukung serangan Israel terhadap fasilitas minyak Iran. "Kami sedang
mendiskusikan itu," tuturnya, dilansir Reuters, Jumat (4/10/2024).
Hal tersebut memicu lonjakan harga minyak global, dengan
ketegangan di Timur Tengah meningkatkan kekhawatiran pedagang tentang potensi
gangguan pasokan. Namun, Biden menegaskan, "Tidak ada yang akan terjadi
hari ini," mengisyaratkan bahwa aksi militer segera belum diputuskan.
Sebelumnya, Biden menyatakan bahwa ia tidak akan mendukung
serangan Israel terhadap situs nuklir Iran.
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, dalam wawancara
dengan CNN pada Kamis, mengatakan bahwa Israel memiliki "banyak opsi"
untuk balas dendam dan akan menunjukkan kekuatannya kepada Teheran
"segera." Namun, seorang pejabat AS mengungkapkan bahwa Washington
percaya Israel belum membuat keputusan pasti terkait langkah balasannya
terhadap Iran.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji bahwa
Iran akan membayar mahal atas serangan rudal yang diluncurkannya. Washington
juga menyatakan akan bekerja sama untuk memastikan Iran menghadapi
"konsekuensi serius."
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, berbicara di Doha pada
Kamis, mengatakan bahwa Teheran siap merespons jika diserang. "Setiap
jenis serangan militer, tindakan teror, atau pelanggaran garis merah kami akan
dijawab dengan respons tegas oleh angkatan bersenjata kami," tegasnya.
Serangan di Beirut
Sementara itu, militer Israel pada Kamis memerintahkan
penduduk lebih dari 20 kota di selatan Lebanon untuk segera mengungsi, karena
Israel melanjutkan serangannya melintasi perbatasan dan menyerang sasaran
Hizbullah di pinggiran kota Beirut.
Peringatan terbaru ini menambah jumlah kota yang
diperintahkan untuk dievakuasi menjadi 70, termasuk ibu kota provinsi Nabatieh.
Hal ini menunjukkan bahwa operasi militer Israel melawan kelompok bersenjata
yang didukung Iran makin intensif.
Dahiye, sebuah kawasan padat di pinggiran selatan Beirut
yang menjadi basis kekuasaan Hizbullah, dihantam oleh lebih dari selusin
serangan udara Israel pada Kamis. Menurut sumber keamanan dan warga setempat,
lima serangan tersebut terjadi larut malam, setelah Israel memerintahkan evakuasi
di beberapa bagian distrik tersebut.
Kawasan ini sebelumnya telah dihantam serangan Israel,
termasuk yang menewaskan pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, pada Jumat pekan
lalu. Beberapa serangan pada Kamis malam juga terjadi di dekat bandara internasional
Beirut, yang berbatasan dengan Dahiye.
Militer Israel mengatakan bahwa mereka telah menyerang 15
target Hizbullah di Beirut pada hari Kamis, termasuk situs-situs senjata dan
target intelijen. Di sisi lain, Hizbullah juga melancarkan serangan baru,
menargetkan pangkalan militer "Sakhnin" milik Israel di Teluk Haifa
dengan rentetan roket.
Sirene peringatan berbunyi di wilayah Galilea, Israel utara,
dan 10 proyektil dilaporkan melintasi perbatasan Israel dari Lebanon, dengan
sebagian di antaranya berhasil dicegat atau dibiarkan jatuh di area terbuka.
Larut malam pada Kamis, Hizbullah mengumumkan serangan
lainnya terhadap pangkalan "Nesher" milik Israel di Haifa dengan
rentetan roket Fadi 2.
Israel, yang telah berperang melawan Hamas di Gaza selama
hampir setahun, mengirim pasukan ke Lebanon selatan pada Selasa setelah dua
pekan serangan udara intensif dalam konflik yang semakin buruk dan menarik
keterlibatan Iran serta berisiko melibatkan Amerika Serikat.
Kelompok negara G7, yang mencakup AS, Inggris, dan sekutu
lainnya, pada Kamis mengutuk serangan rudal Iran dan menegaskan kembali
komitmen mereka terhadap keamanan Israel. Namun, kelompok tersebut juga
menyerukan penahanan diri, gencatan senjata di Gaza, dan penghentian permusuhan
di Lebanon.
"Siklus serangan dan balasan yang berbahaya ini
berisiko memicu eskalasi yang tak terkendali di Timur Tengah, yang tidak
menguntungkan siapa pun," kata pernyataan G7.
Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, juga mendesak
upaya serius untuk mencapai gencatan senjata guna menghentikan apa yang
disebutnya sebagai agresi Israel.
Hizbullah Klaim Tewaskan 17 Tentara Israel
Israel menyatakan bahwa operasi militernya di Lebanon
bertujuan untuk memungkinkan puluhan ribu warganya kembali ke rumah setelah
dievakuasi dari Israel utara akibat serangan Hezbollah selama perang di Gaza.
Lebih dari 1,2 juta orang Lebanon telah mengungsi akibat
serangan Israel, dan hampir 2.000 orang telah tewas sejak serangan Israel
terhadap Lebanon dimulai setahun lalu, sebagian besar terjadi dalam dua pekan
terakhir, menurut otoritas Lebanon.
Sementara itu, Hizbullah mengeklaim bahwa mereka berhasil
memukul mundur beberapa operasi darat oleh pasukan Israel, termasuk melalui
penyergapan dan bentrokan langsung.
Kelompok tersebut juga mengklaim telah menewaskan 17
personel militer Israel dalam pertempuran di Lebanon selatan pada Kamis,
mengutip sumber-sumber lapangan dan keamanan mereka. Namun, pasukan Israel
tidak mengomentari klaim tersebut.
Sumber : CNBC