Utang Jatuh Tempo di Awal Pemerintahan Prabowo Rp 800 T, Ini Cara Bayarnya
Sabtu, 28 September 2024
Edit

Banten - Pada 2025 pemerintah harus membayar jatuh tempo
mencapai Rp 800,33 triliun. Artinya, utang tersebut menjadi tanggungan dari
pemerintahan baru di bawah Presiden Terpilih Prabowo Subianto.
Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan DJPPR
Kementerian Keuangan, Riko Amir mengatakan, utang-utang tersebut akan dilunasi
pada tahun depan. Menurutnya, pemerintah masih punya kemampuan untuk membiayai
defisit dan utang.
"Setiap utang jatuh tempoh itu harus dibayar, jadi kita
sampai saat ini tidak membuat semacam negosiasi lagi bahwa kita akan cicil lagi
(minta tambahan waktu) gitu,nggak. Kita masih punya kemampuan untuk membayar
defisit plus utang jatuh tempo tadi," kata Riko, dalam acara Media
Gathering di Anyer, Banten, Kamis (26/9/2024).
Riko menjelaskan, sumber pendanaan untuk pembayaran utang
utamanya berasal dari refinancing. Refinancing merupakan skema pendanaan dengan
mengajukan pinjaman baru dengan bunga yang lebih kecil.
Strategi ini dilakukan dengan penerbitan obligasi pemerintah
atau Surat Berharga Negara (SBN) untuk membayar utang jatuh tempo tersebut.
Menurutnya, strategi ini bisa diandalkan lantaran Indonesia sendiri punya
kondisi ekonomi yang cukup baik.
"Karena yang dilihat adalah kemampuan dari negara kita,
refleksinya apa? Refleksinya tadi credit rating kita yang investment grade,
yang menyatakan kondisi ekonomi kita cukup baik, membuat kita masih bisa
melakukan refinancing terhadap utang yang jatuh tempoh tersebut,"
terangnya.
Sebagai tambahan informasi, utang jatuh tempo Indonesia pada
2025 mencapai Rp 800,33 triliun. Rinciannya Rp 705,5 triliun berupa Surat
Berharga Negara (SBN) dan Rp 94,83 triliun berupa pinjaman.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, tingginya
utang jatuh tempo utang disebabkan pandemi COVID-19. Saat itu Indonesia
membutuhkan hampir Rp 1.000 triliun tambahan belanja, saat penerimaan negara
turun 19% karena aktivitas ekonomi berhenti.
"Jadi kalau tahun 2020, maksimal jatuh tempo dari
pandemi kita itu semuanya di tujuh tahun dan sekarang konsentrasi di tiga tahun
terakhir 2025, 2026 dan 2027, sebagian di 2028 tahun. Nah ini lah yang kemudian
menimbulkan persepsi kok banyak sekali utang numpuk," ujar Sri Mulyani
dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Kamis (6/6/2024) lalu.
Sementara itu, Dewan Penasihat Presiden Terpilih Prabowo
Subianto, Burhanuddin Abdullah baru-baru ini menyampaikan, Rp 1.000 triliun
dari total Rp 3.600 triliun di APBN Prabowo di tahun depan akan digunakan untuk
membayar utang.
"Soal APBN kita cuma punya Rp 3.600 triliun, Rp 1.000
triliun untuk bayar utang, Rp 1.300-1.400 kirim ke daerah sebagai DAU DAK kita
tinggal punya Rp 1.100 triliun sampai Rp 1.200 triliun, Rp 1.200 triliun itu
nggak besar, presiden tidak bisa berbuat banyak dengan angka sebesar itu,"
kata dia dalam UOB Economic Outlook 2025, Rabu (25/9/2024).
Sumber : Detik