Arab Saudi Umumkan Koalisi Global untuk Dirikan Negara Palestina
Jumat, 27 September 2024
Edit
Riyadh - Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi, Pangeran
Faisal bin Farhan, mengumumkan peluncuran inisiatif baru untuk mendirikan
negara Palestina. Inisiatif itu juga akan menggalang dukungan untuk penerapan
solusi dua negara, setelah upaya internasional selama beberapa dekade berujung
kegagalan.
Aliansi global untuk implementasi solusi dua negara itu,
seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (27/9/2024), diumumkan dalam pidato Pangeran
Faisal saat pertemuan yang melibatkan Liga Arab, Organisasi Kerja Sama Islam
(OKI), dan Norwegia pada Kamis (26/8) waktu setempat.
Pangeran Faisal mengatakan bahwa pertemuan perdana untuk
aliansi global itu akan digelar di Riyadh, ibu kota Saudi. Kepala Urusan Luar
Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menambahkan bahwa pertemuan lanjutan pertama
juga akan digelar di Riyadh dan Brussels.
Dalam pidatonya, Pangeran Faisal menyebut inisiatif tersebut
merupakan upaya bersama negara-negara Arab dan Eropa.
"Kita akan melakukan segala upaya untuk mencapai
rencana yang bisa diandalkan dan tidak dapat diubah untuk mewujudkan perdamaian
yang adil dan komprehensif," cetusnya.
Ditegaskan kembali oleh Pangeran Faisal soal perlunya
bergerak secara kolektif untuk mengambil keputusan, yang akan membawa hasil
nyata menuju gencatan senjata segera dan menerapkan solusi dua negara.
"Yang terutama adalah negara Palestina yang
merdeka," sebutnya.
Israel membombardir Jalur Gaza dan memicu kehancuran
besar-besaran sejak perang berkecamuk pada Oktober tahun lalu, setelah Hamas
melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel bagian selatan hingga
menewaskan sekitar 1.200 orang dan membuat lebih dari 250 orang lainnya
disandera.
Lebih dari 41.000 orang dilaporkan tewas di Jalur Gaza
akibat rentetan serangan Israel sejauh ini.
Pangeran Faisal, dalam pidatonya, mengatakan bahwa perang
yang sedang berlangsung telah memicu bencana kemanusiaan yang menghancurkan,
termasuk juga kejahatan Israel di Tepi Barat, Masjid Al-Aqsa dan tempat-tempat
suci umat Muslim dan Kristen lainnya.
Ditekankan oleh Pangeran Faisal bahwa hak untuk membela diri,
yang selalu diklaim oleh Israel dalam serangannya, tidak membenarkan pembunuhan
puluhan ribu warga sipil, pemindahan paksa, penggunaan kelaparan sebagai alat
perang, penghasutan, dehumanisasi dan penyiksaan sistematis, termasuk kekerasan
seksual dan kejahatan lainnya oleh militer Israel.
Saudi telah berulang kali menegaskan tidak akan menjalin
hubungan diplomatik dengan Israel tanpa adanya pembentukan negara Palestina,
yang didasarkan pada perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu
kotanya.
Namun, Tel Aviv tidak menunjukkan minat untuk melakukan hal
tersebut. Mayoritas anggota parlemen Israel, Knesset, menolak solusi dua
negara, sedangkan pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu secara
konsisten menolak komitmen tersebut.
Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS),
pekan lalu, mengatakan bahwa Riyadh tidak akan mengakui Israel tanpa adanya
negara Palestina. MBS juga mengutuk keras "kejahatan pendudukan
Israel" terhadap rakyat Palestina.
"Kerajaan tidak akan menghentikan upayanya yang tidak
kenal lelah menuju pembentukan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem
Timur sebagai ibu kotanya, dan kami menegaskan bahwa Kerajaan tidak akan
menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa hal tersebut," tegas MBS
di depan Dewan Syura.
Sumber : Detik