Putra Mahkota Arab MBS Takut Dibunuh karena Israel
Kamis, 15 Agustus 2024
Edit

Jakarta, CNBC Indonesia - Putra
Mahkota Raja Salman bin Abdulaziz, Mohammed bin Salman (MBS), mengungkap usaha
pembunuhan ke dirinya. Hal ini dikatakannya penguasa de facto kerjaan Arab
Saudi itu ke anggota parlemen Amerika Serikat (AS), sebagaimana dimuat laman
Politico.
"MBS tahu banyak tentang
pembunuhan," muat laman mengutip seorang mantan pejabat AS yang diberi
pengarahan tentang percakapan tersebut dan dua sumber lain yang mengetahuinya
dikutip Kamis (15/8/2024).
"Akhir-akhir ini, ia memberi tahu
anggota parlemen AS bahwa ia berisiko mengalami pembunuhan," tambahnya.
Hal ini bukan tanpa sebab. MBS
menyebut kesepakatan besar dengan Washington dan Tel Aviv yang mencakup
normalisasi hubungan Arab Saudi dan Israel sebagai alasan.
Pada satu kesempatan, saat berbicara
dengan parlemen AS, ia telah menyinggung bagaimana pemimpin Mesir Anwar Sadat,
terbunuh setelah mencapai kesepakatan damai dengan Israel. Ia pun
mempertanyakan AS, kemana saja Gedung Putih saat Sadat terbunuh, dan sejauh
mana upaya yang dilakukan sebelumnya untuk melindungi pemimpin yang tewas tahun
1981 itu.
"Ia juga telah membahas ancaman
yang dihadapinya dalam menjelaskan mengapa kesepakatan semacam itu harus
mencakup jalan yang benar menuju negara Palestina, terutama sekarang karena
perang di Gaza telah meningkatkan kemarahan Arab terhadap Israel," jelas
laman itu lagi.
Meski begitu sumber Politico juga
mengungkap bahwa MBS sebenarnya tak mempermasalahkan membuka kerja sama dengan
Israel. Namun, ini adalah hal yang berisiko tinggi dan sensitif.
Sebenarnya, poin-poin pembicaraan
antara Arab Saudi, AS dan Israel dirahasiakan dan masih dikembangkan. Tak hanya
soal pembukaan hubungan Arab Saudi-Israel tapi juga komitmen AS terhadap Arab
Saudi, yang didalamnya berisi jaminan keamanan melalui perjanjian, bantuan
untuk program nuklir sipil, dan investasi ekonomi di berbagai bidang seperti
teknologi.
Beberapa laporan, juga menyebut
nantinya Arab Saudi akan membatasi hubungannya dengan China, sebagai timbal
balik ke AS. Pembukaan hubungan Arab Saudi dan Israel baik diplomatik dan
hubungan lainnya menjadi imbalan lain.
Jika hubungan keduanya terjalin, maka
ini akan menjadi sebuah keuntungan besar bagi Israel. Mengingat pentingnya Arab
Saudi di antara negara-negara Muslim.
Namun, yang membuat MBS kesal,
pemerintah Israel tidak mau memasukkan kemerdekaan Palestina dalam pakta
tersebut. Tak ada komitmen kredibel yang ditunjukan Negeri Yahudi.
"Cara dia (MBS) mengatakannya
adalah, Orang Saudi sangat peduli tentang ini, dan seluruh Timur Tengah sangat
peduli tentang ini," ujar laman itu lagi menjelaskan pernyataan MBS.
"Masa jabatan saya sebagai
penjaga tempat-tempat suci Islam tidak akan aman jika saya tidak mengatasi
masalah keadilan yang paling mendesak di kawasan kami," tegas sumber
Politico lagi, yang diklaim mengetahui percakapan yang dilakukan MBS dengan
para pemimpin regional dan Amerika.
Menurut seorang negosiator Timur
Tengah veteran yang pernah bekerja untuk beberapa presiden AS, Dennis Ross,
membuat perdamaian adalah bisnis yang berbahaya. Itu terutama berlaku di Timur
Tengah, bahkan sebelum perang Gaza meletus Oktober.
"Itu cara lain untuk mengatakan
'Ini adalah keputusan penting bagi saya'," ujarnya.
"Itulah sebabnya saya butuh
sesuatu untuk itu," tambah Ross.
Perwakilan Arab Saudi sendiri tidak
mengomentari pemberitaan ini. Kedutaan Arab Saudi di Washington menolak
berkomentar.
Sumber : CNBC